— 1

William Chen
1 min readFeb 8, 2024

--

Semua udah pasti kan?

Waktu itu kamu hadir disaat aku sedang ada dititik terbawahku. Keadaan rumah yang kacau balau, tenaga yang akan runtuh, dan seorang diri ini yang memikirkan sebuah akhir dari kisahnya.

Kecil.

Kamu kecil.

Kamu hadir disaat yang tepat, dik.

Dengan kamu yang mengizinkanku masuk kedalam kehidupanmu yang bersih. Belum hadir diriku yang sangat amat kotor. Tapi, kamu mengizinkan ku.

Hal yang paling aku syukuri adalah bertemu denganmu. Kita yang akhirnya menjadi teman dekat, kesana kemari tanpa khawatir, saling memberi tahu kabar, bercanda tawa tanpa ada hal yang kita hindari dikemudian hari. Aku yang dapat menyentuhmu tanpa rasa ragu dari dirimu.

Tapi…

Aku menghancurkannya, ya?

Kamu menginginkan keadaan kita saat itu, mungkin selamanya(?) tanpa ada perubahan dari ego yang aku tanam, kan?

Bisa kah aku mengulang hari itu?

Hari dimana aku menghancurkan tembok yang kamu jaga dengan baik, yang kamu pertahankan dengan baik.

Aku bodoh, Hahaha

Sangat bodoh.

Maafkan aku telah mencintaimu.

Maafkan aku yang telah merusak tembok itu, demi egoku sendiri, yang akhirnya sekarang kamu pergi dan tidak mau membangun tembok itu bersamaku lagi.

Aku masih disini.

Disebelah tembok yang ingin kita berdua bangun kembali.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

No responses yet

Write a response